Tak hanya konser debutnya di Jakarta yang berlangsung sukses, George Harliono juga dipuji dua maestro Indonesia sebagai musisi inspiratif dan berkarakter. Sang bunda yang asal Jawa Timur mendukung penuh pilihan kariernya dan selalu mengingatkan tentang sopan santun.
DINDA JUWITA, Jakarta
—
LAMPU sorot panggung Gedung Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki menyala benderang. Di panggung itu, puluhan musisi kelompok orkestra Jakarta Concert Orchestra (JCO) duduk sambil memanggul alat musik masing-masing.
Para musisi profesional itu membaur bersama barisan personel paduan suara Batavia Madrigal Singers (BMS). Salah satu kelompok paduan suara terbaik dunia kebanggaan tanah air tersebut tengah kebagian tugas mengiringi penampilan pianis George Harliono pada Minggu (11/6) lalu itu.
“Tiap tahun saya selalu berkunjung ke Indonesia karena ibu saya orang Indonesia. Tapi, kali ini rasanya spesial karena akan menggelar konser,” ujarnya saat ditemui dalam konferensi pers di Jakarta dua hari sebelum konser bertajuk An Afternoon with George Harliono (9/6) itu.
Konser George pun disambut hangat. Sebanyak 1.000 tiket terjual ludes. Dan, penampilan musisi 22 tahun itu benar-benar memuaskan para penggemar musik klasik.
Satu jam konser pun terasa berlalu dengan cepat. Tahu-tahu ada standing ovation. Dan, gemuruh ribuan penonton kompak meminta tambahan penampilan.
George mengabulkan permintaan itu. Satu lagu selesai dibawakan dengan apik, penonton tetap belum mau beranjak. “More, we want more!’’ teriak mereka dengan semangat.
Mendapati respons tak terduga dari penonton, George pun menyanggupinya. Dua lagu tambahan sekaligus dimainkannya, yang di pengujungnya kembali mendapat standing ovation dari para penonton.
Addie MS, salah satu maestro tanah air, mengaku kagum dengan bakat dan kemampuan George. “George lahir dan tinggal di Inggris, dikenal sebagai child prodigy. Setelah sukses resital pertamanya di usia 9 tahun, dia melanglang buana tampil di mancanegara meraih bermacam penghargaan. We’re all inspired by yout performance, George. Bravissimo!’’ ujar Addie di akun Instagram pribadinya.
Apa yang diraih George sekarang ini melewati proses yang panjang. Dia telah bermain musik sejak usia 7 tahun. Nama penyuka nasi putih dan bawang goreng itu juga sempat meroket di usia 9 tahun sejak videonya viral ketika sedang bermain piano di jalanan London, Inggris. Dia memang dijuluki sang Pianis Jalanan.
Kemampuannya yang makin terasah di usia dini membuatnya diundang melakukan resital solo pertama selama satu jam di usia 9 tahun. Sejak saat itulah dia sering tampil di berbagai lokasi, baik di Inggris, Eropa, Amerika Serikat, maupun Asia.
Beberapa arena musik bergengsi seperti Wigmore Hall, The Berlin Philharmonie Kammermusiksaal, The Royal Albert Hall, dan Chicago Symphony Centre menjadi saksi kepiawaian George semasa kecil. Pada 2013, dia diundang merekam Piano Sonata Op.2 No.1 karya Beethoven di Southbank Centre di London.
Tiga tahun berselang, penampilannya di Tchaikovsky Piano Concerto No.1 di Great Hall of The Moscow Conservatory disiarkan langsung di televisi nasional Rusia.
Sejak debut konsernya di usia 12 tahun, dia telah menjadi pemain reguler di sejumlah orkestra. Bagi George, berkesempatan mencicipi segala pengalaman itu membuatnya amat bersyukur. “Setiap penampilan selalu ada keunikan tersendiri, semuanya sangat berkesan,’’ jelas anak kedua dari tiga bersaudara itu.
Terlebih, menggeluti musik klasik merupakan pilihannya sejak awal. George pun tak terlalu pusing dengan anggapan bahwa musik klasik bukanlah genre yang mainstream ataupun komersial.
’”Menurut saya, musik klasik juga memiliki tempat yang sama seperti genre lain seperti pop, jazz, dan lainnya. Saya juga senang menikmati lagu-lagu pop kok,’’ jelas penggemar The Beatles itu.
Sebagai konduktor yang mengomandoi debut konsernya di Jakarta, Avip mengaku amat terkesan dengan bakat dan kerja keras George. Avip melihat George sebagai sosok yang memiliki value tersendiri.
“Banyak musisi yang hanya berfokus pada teknik, tapi kalau George ini punya personality. Saya merasa musik yang dia bawakan selalu di-deliver dengan baik dan sukses, jadi bisa ada rasa tergerak. Tidak banyak musisi yang bisa seperti itu,” tutur konduktor yang berhasil mengantarkan JCO dan BMS berprestasi di berbagai ajang kelas dunia itu.
Herliono, ibunda George, mengaku terharu dengan buah kerja keras sang anak. “Kami bukan berasal dari keluarga yang kaya. Sebagai orang tua, saya hanya mendukung apa yang anak-anak saya suka asal itu positif,” jelas perempuan asal Jawa Timur itu kepada Jawa Pos.
Herliono melanjutkan, tak hanya mendukung bakat anak, dia juga tetap menanamkan prinsip hidup kepada seluruh buah hatinya. Apalagi, dunia musik klasik bukanlah jalan mudah yang bisa dilalui oleh seorang musisi.
“Georgie itu goal (tujuan)-nya bukan untuk make money (mendapatkan uang) atau to be famous (menjadi terkenal). Dia goal-nya untuk bisa jadi musisi yang baik,” katanya.
Herliono juga mengaku selalu menanamkan prinsip sopan santun seperti kebanyakan orang tua Asia. “Sebagai orang tua, I just want him to be happy (saya hanya ingin dia bahagia),” tuturnya. (*/c17/ttg/jpg)