Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) berhasil mengangkat kehidupan warga Desa Sukomulyo, Kecamatan Manyar, Gresik. Terdapat lebih dari lima UMKM dengan jenis pengembangan yang berbeda. Bergairahnya UMKM di desa tersebut membuat mereka meraih penghargaan berskala nasional.
DIAR CANDRA, Gresik
SELEPAS duhur Rabu (6/3) pekan lalu, Ahmad Suhud dan Wagimin dengan bersemangat menjawab beragam pertanyaan soal kebun pisangnya. Di kebun yang luasnya sama dengan lapangan futsal itu, Suhud dan Wagimin bertukar cerita dengan para mantri Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang melakukan kunjungan lapangan.
Kebun pisang yang berisi sekitar 150 batang itu tak semuanya dari jenis cavendish. Terselip juga jenis pisang ijo serta kepok kuning. “Tapi, yang paling punya nilai ekonomis ya pisang cavendish ini,” kata Suhud.
Pensiunan BUMN itu berkata sejak penanaman bibit sekitar dua tahun yang lalu, dirinya sudah dua kali panen. Setandan pisang cavendish yang belum diperam atau masih hijau bisa laku Rp 150 ribu.
Kalau dijual setelah pemeraman, satu sisirnya punya banderol Rp 15–20 ribu. Padahal, satu tandan berisi 8–9 sisir.
“Kalau untuk kebutuhan warga Sukomulyo, pasti harganya beda. Tujuan kami di poktan (kelompok tani, Red) ini kan berdaya guna bagi lingkungan terdekat,” tutur Suhud.
Suhud pun berkisah tempatnya berkebun pisang itu dulunya lahan kosong dan tak terawat. Dengan kucuran dana dari desa yang sudah dua kali didapatnya, kini lahan tersebut punya nilai ekonomis dan jadi lahan produktif.
Di Sukomulyo, bukan hanya Suhud dan Wagimin yang bergeliat dan menggeluti UMKM. Ada sentra-sentra lain di wilayah yang punya luas 361,67 hektare itu. Di antaranya, sentra bordir dan ecoprint, perikanan, markisa, kelengkeng, sayuran, serta jajan tradisional.
Tahun ini sentra wisata juga akan diusahakan segera beroperasi. Dengan beragam pemberdayaan UMKM di kawasan Sukomulyo itu, tak heran jika mereka meraih juara kategori Desa Pengembangan Wirausaha di ajang Nugraha Karya Desa BRILiaN 2023.
Nah, Kepala Desa Sukomulyo Subiyanto menyatakan punya target untuk membuat masyarakatnya secara ekonomi dan lingkungan bisa mentas. Dan dalam perspektif Subiyanto, UMKM bisa jadi solusi.
“Bahkan, Sukomulyo ini dulunya dapat predikat kumuh dari pemerintah. Untungnya, label itu kini sudah ada tidak lagi,” ucap Subiyanto.
Subiyanto melanjutkan, bantuan dari beberapa perusahaan di Gresik itu, baik peningkatan soft skill untuk warga desa maupun kucuran dana, membantu akselerasi UMKM di desa tersebut. Jika di 2017 Sukomulyo hanya punya sentra pengelolaan air bersih buat warganya, tujuh tahun berselang beragam jenis UMKM pun hadir di desa.
Perwakilan sentra bordir dan ecoprint Desa Sukomulyo Munirotus Sobikhah pun dengan bangga berkata kain bahwa ecoprint-nya akan ikut pameran di Jepang tahun ini. Sejak 2021, Bikha, sapaan Munirotus Sobikhah, bersama kelompok ibu-ibu bereksperimen untuk membuat kain ecoprint dengan bahan-bahan yang ada di desanya. Misalnya, daun jati, bunga jati, daun kelor, daun jambu biji, sampai daun jarak.
Dalam sepekan, produksi kain ecoprint oleh Bikha dkk bisa berlangsung tiga kali. Produk-produk tersebut lantas dipasarkan lewat akun media sosial milik Desa Sukomulyo. “Selain ada keuntungan ekonomi, kegiatan produksi kain ini juga menghilangkan jenuh,” ujar Bikha. (jpg)