Monday, 20 October, 2025

Dedayangan Watu Layang yang Diklaim sebagai Peninggalan Diponegoro

Konon, Pangeran Diponegoro sempat menulis nama Sontonayan dengan aksara Jawa di sebuah batu saat melintas di kawasan lereng Gunung Sindoro pada 1826 silam. Hingga kini, lokasi batu tersebut masih dijaga dan dipercaya memiliki aura magis yang kuat.

MENURUT cerita warga setempat, Sontonayan ditulis Diponegoro sebagai kode kepada pasukannya saat perang secara gerilya melawan Belanda. Diponegoro ingin menunjukkan bahwa dirinya pernah berada di kawasan itu.

Tempat ditemukannya batu tersebut dinamai masyarakat sekitar sebagai Dedayangan Watu Layang. Artinya pesan tertulis di batu. Kala itu, batu tersebut berada di bawah pohon beringin. Di sebelah batu, ada sendang atau sumber air.

Sontonayan yang ditulis Diponegoro itu kemudian dijadikan nama dusun di lokasi tempat ditemukannya batu tersebut. Dusun itu kini menjadi bagian dari Desa Kapencar, Kecamatan Kertek, Wonosobo, Jawa Tengah. Kisah ini terangkum dalam buku sejarah Desa Kapencar.

Namun, batu yang disebut-sebut ditulisi Pangeran Diponegoro itu sudah hilang tanpa jejak. Perangkat Desa Kapencar Philipus Budi Swasono mengungkapkan bahwa batu itu dicuri pasukan Belanda. Terakhir terlacak di Desa Kedung Kebo, Kebumen. “Tapi, saat ditelusuri di sana sudah tidak ada. Hilang tanpa jejak. Beredar kabar sudah dibawa ke Belanda, tetapi tidak bisa dibuktikan,” katanya.

Meski batunya sudah hilang, tempat penemuannya yang dinamakan Dedayangan Watu Layang kini masih dirawat dengan baik oleh warga. Di bawah pohon beringin tempat ditemukannya batu itu didirikan bangunan beratap. Di dalamnya terdapat sebuah punden. Masyarakat setempat hingga kini masih merawatnya. “Lingkungan situ pasti ngeruwatnya. Setiap setahun sekali digelar kenduri pada satu Sura. Adakalanya bisa secara besar satu dusun,” ujarnya.

Dedayangan Watu Layang dikenal banyak memberikan keberkahan bagi masyarakat sekitar. Air yang mengalir dari sendang di bawah pohon beringin dipercaya memiliki khasiat. Di antaranya, bisa menyembuhkan orang yang sakit, mengobati tanaman yang diserang hama, hingga dapat membuat orang awet muda.

Di bangunan yang di dalamnya terdapat punden, tidak jarang digunakan orang-orang untuk semedi mencari wangsit. Konon, tempat itu juga dipercaya dapat membantu menjadikan seseorang menjadi abdi negara. Budi sendiri sebelum ujian seleksi perangkat desa juga mengunjungi petilasan itu.

“Saya dikasih petunjuk selalu terbayang-bayang candi putih. Sewaktu ujian keesokan harinya saya mendapat nilai tertinggi,” ucap Budi yang kini menjabat Kaur keuangan di kantor Desa Kapencar.

Petilasan itu juga kerap dikunjungi orang dari luar daerah. Budi menceritakan, pernah ada orang Ponorogo yang ke situ dan melihat tosan aji banyak tersimpan di dalamnya. Di antaranya, pusaka keris Nogososro, patung Ganesha, hingga batu akik. “Tapi, tosan aji itu tidak dapat dilihat dengan kasatmata. Pernah ada dalang dari luar desa yang dapat menemukan batu akik di situ,” tuturnya.

Pohon beringin di petilasan itu juga dipercaya dapat memberikan pertanda tentang nasib pejabat desa. “Menurut mbah saya, kalau ada ranting besar yang patah, tandanya mau ada perangkat desa yang akan berhenti. Baik berhenti secara resmi atau meninggal,” ujarnya. (gas/c17/any/jpg)

Artikel Terkait

TINGGALKAN PESAN

Silahkan masukkan komentar anda
Silahkan masukkan nama anda

- Advertisement -

Artikel Terbaru