Thursday, 2 October, 2025

Kasih Sayang Ronzah Adenin, Rawat Kakek-Nenek Seorang Diri

Bagi kakek dan neneknya, Ronzah Adenin merupakan cucu terbaik. Pemuda 22 tahun itu tidak hanya memiliki segudang prestasi yang membanggakan. Di usia yang masih sangat muda, Ronzah mampu menjadi bagian dari tulang punggung keluarga. Kini staf ketua DPRD Kota Surabaya itu merawat Age Maolan, 84, dan Setyaningsih, 81, kakek-neneknya, seorang diri.

 

ARIF ADI WIJAYA, Surabaya

 

DELAPAN medali menggantung di ruang tamu rumah di Jalan Darmo Permai Selatan XVII Nomor 57. Empat selendang ikut menghiasi di sebelahnya. Di dalam rumah kecil milik Age Maolan yang ditempati bersama istrinya, Setyaningsih, itu ada pemuda bernama Ronzah yang berperan sebagai tulang punggung keluarga. Beragam penghargaan tersebut miliknya.

Age merupakan pensiunan pegawai RSUD dr Soetomo. Sedangkan Ningsih merupakan pensiunan guru. Sejak 2017, Ronzah yang masih kelas XI SMA harus tinggal sendiri bersama kakek dan neneknya. Dia dituntut untuk lebih mandiri. Kedua orang tuanya pindah tempat tinggal ke Driyorejo.

Sejak saat itu, Ronzah mulai belajar mencari uang jajan sendiri. Dia rela berkeliling kompleks untuk berjualan siomay. Di sisi lain, Ronzah juga aktif di kegiatan ekstrakurikuler taekwondo di SMA Negeri 9 Surabaya.

Berbagai kejuaraan sudah diikuti. Beragam medali pun dikantongi. Capaian tertinggi di olahraga taekwondo adalah pernah mendapat gelar juara dalam kejurnas taekwondo nasional.

Pada 2018, Ronzah menyelesaikan sekolahnya. Karena kondisi ekonomi keluarganya belum stabil, Ronzah pun keliling mencari pekerjaan. Dia diterima sebagai sales promotion boy (SPB) untuk produk sepatu impor. Gaji pertamanya diberikan kepada kakek dan neneknya hingga bisa membuka toko kelontong kecil-kecilan di rumah.

Sayangnya, pekerjaan sebagai SPB tidak bertahan lama. Karena ada masalah dengan teman kerjanya, dia keluar. Pada 2019, Ronzah bekerja di salah satu perusahaan produsen pemanas air. Namun, hanya satu bulan bekerja, bungsu di antara dua bersaudara itu mengundurkan diri.

Pada tahun yang sama, dia ditawari seorang teman untuk ikut pemilihan Cak dan Ning Surabaya 2019. Ronzah terpilih sebagai finalis dalam event tersebut bersama Ning Dian Ghea Novianti. Dia tidak menyangka terpilih sebagai Cak Surabaya bakal mengubah hidupnya 180 derajat.

Pada pengujung 2019, Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono sedang mencari staf muda yang berprestasi. Ronzah ditawari posisi tersebut oleh Wakil Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya Achmad Hidayat. “Saya termasuk awam dalam hal politik. Tetapi, saya berkeyakinan ini bagian dari proses yang harus saya jalani,” kata Ronzah.

Sejak ikut dalam kegiatan ketua dewan, Ronzah mengaku lebih banyak bersyukur. Dia sering diajak berkunjung ke rumah warga kurang mampu. Yang kondisi rumahnya tidak layak. Yang tinggal di rumah berukuran 4 x 6 meter dan ditempati lima anggota keluarga.

Bahkan, Ronzah pernah menemui kakek dan nenek yang hidup sebatang kara. Mereka setiap hari harus menunggu keajaiban hanya untuk bisa makan. Hampir semua perabot rumahnya digadaikan. Bahkan, kartu keluarga (KK) dan kartu tanda penduduk (KTP) yang dimiliki pun ikut tergadai demi sesuap nasi. “Lha yo ngunu iku anak putune nangndi,” kata dia sambil bergumam.

Melihat kondisi kakek dan nenek yang hidup sendirian itu, Ronzah lantas teringat kakek dan neneknya di rumah. Dia bertekad untuk merawat kakek dan neneknya sampai akhir hayatnya. Meski harus berjuang seorang diri, Ronzah ikhlas. “Yang penting, ada makanan setiap hari. Yangkung dan Yangti (kakek dan nenek, Red) tidak makan aneh-aneh. Cukup sambal, tahu, dan tempe sudah senang karena faktor usia,” katanya.

Selarut apa pun Ronzah pulang, dirinya tidak pernah lupa untuk menggosok lantai kamar mandi. Hal itu dilakukan setiap hari. Sebab, di rumah tidak ada seorang pun yang menjaga kakek dan neneknya. “Namanya orang tua. Saya tidak ingin ada apa-apa di rumah ketika saya tinggal pas ada kegiatan. Jadi, lantai harus kering dan kesat. Terutama kamar mandi,” terangnya.

Sementara itu, Age menganggap Ronzah adalah cucu yang paling istimewa. Dari 13 orang cucunya, hanya Ronzah yang dianggap paling berbakti. “Bukan karena merawat kami seorang diri. Tapi, karena karakternya. Anaknya sopan, pintar. Wes pokoknya paling top,” katanya dengan bangga.

Age masih ingat bagaimana Ronzah berjualan siomay sambil sekolah dulu. Ronzah sudah disuruh berhenti. Kalau hanya untuk makan, uang pensiunan dari RSUD dr Soetomo masih cukup. “Tapi, anaknya memang tidak bisa diam dan mungkin tidak tega melihat kami yang sudah tua ini,” ucapnya.

Ningsih tidak memiliki harapan apa-apa untuk Ronzah. Perempuan asal Jombang itu hanya berharap cucunya diberi kesehatan dan kelak bisa bermanfaat bagi banyak orang. (*/c6/git/jpg)

Artikel Terkait

TINGGALKAN PESAN

Silahkan masukkan komentar anda
Silahkan masukkan nama anda

- Advertisement -

Artikel Terbaru