Rubbin mendapatkan Vespa VL2 dari rekannya di Jakarta. Setelah diperbaiki, banyak orang yang menawar kendaraan itu. Dia bersedia melepasnya apabila ada yang menawar hingga Rp 850 juta.
WAHYU ZANUAR BUSTOMI, Surabaya
BAGI Rubbin, Vespa VL2 miliknya merupakan harta yang paling berharga. Sebab, sudah jarang orang yang mengendarai vespa itu.
Usia motor buatan Italia tersebut cukup tua. Mencapai 74 tahun. Kendaraan itu diproduksi pada 1950. Tidak gampang mendapatkan vespa tua itu. Rubbin harus mencarinya bertahun-tahun. Sebab, banyak kolektor barang lawas yang juga memburu kendaraan tersebut. “Saingannya banyak,” ujarnya.
Beberapa waktu lalu, Rubbin mendapatkan informasi dari temannya bahwa ada Vespa VL2 yang hendak dijual pemiliknya. Lokasinya di Jakarta. Tanpa pikir panjang, dia langsung terbang ke Jakarta .
Saat dicek, kondisi vespa itu tidak terawat. Surat-suratnya mati. Motor lawas tersebut ditempatkan di gudang. Namun, Rubbin rela menebusnya dengan harga mahal. Dia enggan menyebutkan harga belinya. Namun, ada di kisaran angka Rp 400 juta. “Yang penting bisa dibeli,” ucapnya.
Bagi kolektor seperti Rubbin, harga vespa tersebut dianggap masih normal. Mengingat Vespa VL2 keluaran 1950 itu sudah langka. Di Indonesia, kata dia, hanya ada 50 unit.
Vespa itu juga sudah mendapat legalitas resmi dari Italian Motorcycling Federation (FMI). Bukti tersebut terlihat dari plakat kuning yang terpasang di bagian depan kendaraan. Isinya nomor registrasi kerangka mesin dan tahun pembuatannya.
Seusai menebus vespa itu, Rubbin memasukkannya ke bengkel selama seminggu. Sebab, motor tersebut mati alias tidak bisa jalan. “Dari Jakarta saya boyong ke Surabaya pakai mobil dan masuk bengkel,” terangnya.
Menurut Rubbin, vespa miliknya itu merupakan ATM berjalan dan barang investasi. Maklum, kendaraan tersebut sudah ditawar beberapa pembeli. Namun, dia belum mau melepaskannya. Sebab, harganya belum sesuai. “Kemarin ditawar Rp 600 juta nggak saya lepas,” ujarnya.
Dia akan melepas vespa itu apabila ada yang berani menawar hingga Rp 850 juta. Tapi, bila tidak ada yang membeli, juga tidak ada masalah. Sebab, semakin lama harganya bakal terus naik.
Karena harganya yang tidak murah, Rubbin waswas bila mengendarai vespanya di jalan. Dia makin deg-degan saat memarkir kendaraan. “Khawatir dimaling,” ujar pria asal Surabaya itu.
Paling tidak, lanjut dia, motor itu diparkir di lokasi yang bisa langsung dipantau. Saat di rumah, vespa tersebut digembok dan diawasi 12 kamera pemantau. “Kalau ditanya khawatirnya apa, ya soal maling saja,” ucapnya, disusul tawa.
Perawatan vespa itu juga tidak mudah. Dia kesulitan mencari spare part mesin yang asli. “Karena tidak diproduksi lagi, tapi saya menikmati. Itu yang tidak terbeli,” ujarnya. (*/c6/aph/jpg)